KECERDASAN KOGNITIF ANAK MELALUI MEDIA LOOSE PARTS CANGKANG KERANG DENGAN PENDEKATAN NILAI-NILAI TAUHID DI RA AL-A’ROF CIREBON
Oleh : 1Warjo, 2Afiyah Tsani Mahmudah,3Widiastuti
1.Dosen Universitas 17 Agustus 1945 Cirebon, 2. Guru Raudhatul Athfal Al-A’rof, 3. Guru Raudhatul Athfal Al-A’rof
Nomor Artikel : 005/10/2022
ABSTRAK
Kecerdasan kognitif merupakan aspek penting dalam perkembangan anak usia dini, yang mencakup kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan memahami lingkungan sekitarnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan kognitif anak melalui penggunaan media loose parts berbahan cangkang kerang dengan pendekatan nilai-nilai tauhid di RA Al-A’rof Cirebon.
Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan dua siklus, yang melibatkan 20 anak kelompok B.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada kemampuan kognitif anak setelah diterapkan pembelajaran berbasis loose parts bernilai tauhid. Anak menjadi lebih aktif, kreatif, dan memiliki kesadaran spiritual terhadap ciptaan Allah SWT.
Kata kunci: kecerdasan kognitif, loose parts, cangkang kerang, nilai tauhid, anak usia dini
PENDAHULUAN
Media loose parts dari bahan alami, seperti cangkang kerang, merupakan salah satu sumber belajar yang mudah dijumpai di daerah pesisir. Walaupun di beberapa daerah ketersediaannya terbatas, di kawasan pesisir utara seperti Muara, jumlahnya sangat melimpah dan sering kali menjadi limbah yang tidak dimanfaatkan. Di sekitar RA Al-A’rof Muara, tumpukan cangkang kerang banyak ditemukan di tempat pembuangan sampah masyarakat. Setiap hari limbah tersebut bertambah akibat aktivitas nelayan yang membuang cangkang setelah mengupas hasil tangkapan lautnya.
Padahal, cangkang kerang memiliki potensi besar untuk dijadikan media pembelajaran berbasis loose parts yang mampu mengembangkan kecerdasan kognitif anak. Penggunaan bahan alami ini sekaligus menjadi bentuk penerapan pendidikan Pendekatan Nilai-Nilai Tauhid , di mana anak-anak belajar menggunakan benda yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, penggunaan cangkang kerang di RA Al-A’rof bukan hanya mendukung pembelajaran kreatif, tetapi juga membantu menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan dan nilai-nilai tauhid dalam mengenal ciptaan Allah SWT.
Konteks Lingkungan dan Sosial RA Al-A’rof
Raudhatul Athfal (RA) Al-A’rof, yang telah terakreditasi BAN PAUD pada tahun 2019, terletak di Blok Karang Anyar RT/RW 01/07 Desa Muara, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Sekolah ini berada di tengah masyarakat nelayan yang setiap hari melintasi Sungai Bondet menuju laut untuk menangkap ikan dan kerang. Hasil tangkapan laut tersebut tidak hanya menjadi sumber mata pencaharian, tetapi juga menghasilkan limbah berupa cangkang kerang yang melimpah di lingkungan sekitar.
Sayangnya, sebagian besar limbah ini dibuang sembarangan, baik di tepi sungai maupun di sekitar pemukiman. Akibatnya, terjadi penumpukan yang menimbulkan bau tidak sedap. Padahal, cangkang kerang memiliki nilai seni, nilai ekonomi, dan nilai edukatif yang tinggi apabila dimanfaatkan secara kreatif, salah satunya sebagai media pembelajaran di RA Al-A’rof.
Urgensi Pemanfaatan Cangkang Kerang sebagai Media Pembelajaran
Pemanfaatan cangkang kerang sebagai media loose parts berperan penting dalam mengembangkan kecerdasan kognitif dan naturalis anak usia dini. Melalui kegiatan eksploratif dengan bahan alam, anak belajar mengamati bentuk, warna, tekstur, dan pola, sehingga kemampuan berpikir logis, analitis, serta daya cipta mereka meningkat.
Namun, hasil pengamatan menunjukkan bahwa guru di RA Al-A’rof belum mengoptimalkan pemanfaatan media dari lingkungan sekitar. Alat permainan edukatif (APE) masih terbatas, dan potensi bahan alam seperti cangkang kerang belum dijadikan stimulus utama untuk mengembangkan enam aspek perkembangan anak usia dini, yaitu moral dan agama, fisik motorik, bahasa, kognitif, sosial-emosional, dan seni.
Landasan Filosofis dan Yuridis Pendidikan Anak Usia Dini
Menurut Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (2002), masa anak usia dini merupakan periode emas untuk menanamkan dasar-dasar kemampuan dasar seperti moral, bahasa, sosial, kognitif, dan spiritual. Oleh karena itu, seluruh potensi anak harus dikembangkan secara menyeluruh dan seimbang.
Selaras dengan hal tersebut, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak menegaskan bahwa setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, dan berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaan, serta memperoleh pendidikan yang mendukung minat dan bakatnya.
Sebagai lembaga pendidikan formal untuk anak usia 4–6 tahun, RA Al-A’rof memiliki tanggung jawab membantu peserta didik menyiapkan diri menghadapi jenjang pendidikan dasar. Proses pembelajaran di RA sebaiknya menggunakan pendekatan tematik, kontekstual, dan berbasis lingkungan sekitar agar anak belajar secara alami dan bermakna.
Nilai Edukatif dan Ekonomi Media Loose Parts
Pemanfaatan cangkang kerang sebagai bahan pembelajaran memiliki beragam manfaat, antara lain:
- Nilai edukatif – Mengembangkan daya pikir, kreativitas, dan keterampilan motorik anak.
- Nilai etis dan moral – Menumbuhkan kesadaran untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.
- Nilai ekonomi – Bahan mudah diperoleh dengan biaya rendah, bahkan dapat dikembangkan menjadi produk bernilai jual tinggi.
Dengan pendekatan tersebut, anak tidak hanya belajar konsep kognitif, tetapi juga memperoleh keterampilan hidup (life skills) yang relevan dengan konteks sosial-budaya mereka.
Perspektif Islam tentang Kecerdasan dan Media Pembelajaran
Al-Qur’an mengajarkan bahwa manusia memiliki potensi intelektual yang dapat dikembangkan melalui penggunaan akal dan pengalaman belajar. Dalam Q.S. Al-Baqarah (2): 242, Allah berfirman agar manusia “menggunakan akalnya untuk memahami” tanda-tanda kebesaran-Nya.
Menurut Muhammad Muhyidin (2010), istilah-istilah dalam Al-Qur’an seperti ta’qilun, yatafakkarun, yatadabbarun, tafqahun, dan tadzakkarun mencerminkan beragam bentuk kecerdasan yang dapat dikembangkan, terutama dalam konteks berpikir, berkreasi, dan merenung terhadap ciptaan Allah.
Dengan demikian, pembelajaran berbasis nilai tauhid melalui media cangkang kerang tidak hanya mengembangkan aspek kognitif, tetapi juga menumbuhkan kesadaran spiritual pada anak.
LANDASAN TEORI
1. Kecerdasan Kognitif Anak Usia Dini
Menurut Piaget (1962), perkembangan kognitif anak usia dini berada pada tahap praoperasional, di mana anak belajar melalui pengalaman konkret. Anak perlu diberi kesempatan untuk bereksperimen dan mengeksplorasi lingkungan sekitar.
2. Media Loose Parts
Konsep loose parts diperkenalkan oleh Simon Nicholson (1971), yaitu bahan-bahan lepas yang dapat dipindah, dikombinasikan, dan diubah sesuai imajinasi anak. Bahan seperti batu, daun, biji-bijian, atau cangkang kerang dapat menjadi sarana pembelajaran yang efektif.
3. Pendekatan Nilai-Nilai Tauhid
Dalam pendidikan Islam, tauhid merupakan inti dari seluruh aspek kehidupan. Melalui kegiatan belajar yang melibatkan ciptaan Allah, anak diarahkan untuk mengenal dan mensyukuri kebesaran-Nya. Nilai tauhid meliputi tauhid rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa sifat yang dapat diinternalisasikan dalam kegiatan bermain dan belajar.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan dua siklus. Subjek penelitian terdiri atas 20 anak kelompok B RA Al-A’rof Cirebon. Media pembelajaran yang digunakan adalah loose parts dari cangkang kerang yang dikumpulkan dari lingkungan pesisir.
Langkah-langkah pembelajaran:
1. Pengenalan ciptaan Allah melalui cangkang kerang.
2. Eksplorasi bentuk, warna, dan tekstur kerang.
3. Kegiatan klasifikasi, menghitung, dan menyusun pola menggunakan kerang.
4. Refleksi nilai tauhid: mengenal kebesaran Allah melalui keindahan ciptaan-Nya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum tindakan, kemampuan kognitif anak berada pada kategori cukup berkembang (rata-rata skor 58%). Setelah penerapan media loose parts berbahan cangkang kerang dengan pendekatan nilai tauhid, terjadi peningkatan rata-rata skor menjadi 85% (berkembang sangat baik).
Perubahan positif tampak pada: 1) Anak mampu mengelompokkan dan menghitung benda dengan lebih tepat; 2) Anak menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap alam sekitar; 3) Anak memahami bahwa segala keindahan alam adalah bukti kekuasaan Allah SWT; 4) Kegiatan belajar menjadi lebih bermakna karena terintegrasi antara aspek kognitif dan spiritual.
Tabel 3.1. Penerapan di Kelas
|
Kegiatan |
Aktivitas |
Nilai Tauhid |
|
Mengelompokkan cangkang kerang berdasarkan bentuk dan warna |
Anak belajar mengamati, membandingkan, menghitung |
Mengenal kebesaran ciptaan Allah yang beragam |
|
Membuat pola atau hiasan dari cangkang kerang |
Melatih kreativitas dan koordinasi tangan-mata |
Menyadari bahwa Allah Maha Indah (Al-Jamīl) |
|
Membersihkan dan menyusun kerang |
Melatih tanggung jawab dan kerapian |
Belajar amanah menjaga nikmat Allah |
KESIMPULAN
Penggunaan media loose parts dari cangkang kerang dengan pendekatan nilai-nilai tauhid terbukti efektif dalam meningkatkan kecerdasan kognitif anak di RA Al-A’rof Cirebon. Anak tidak hanya berkembang dalam kemampuan berpikir logis dan kreatif, tetapi juga tumbuh kesadaran tauhid yang kuat. Model pembelajaran ini dapat menjadi inovasi dalam pendidikan Islam anak usia dini yang menyinergikan sains, kreativitas, dan spiritualitas.
SARAN
1. Guru dapat mengembangkan berbagai bentuk loose parts berbahan alam lainnya untuk memperkaya pengalaman belajar anak.
2. Kegiatan eksploratif sebaiknya selalu diintegrasikan dengan nilai-nilai keislaman agar pendidikan anak usia dini menjadi lebih holistik.
3. Perlu penelitian lanjutan untuk mengukur dampak jangka panjang terhadap aspek sosial-emosional anak.
DAFTAR PUSTAKA
· Nicholson, S. (1971). How Not to Treat Children: The Theory of Loose Parts. Landscape Architecture, 62(1), 30-34.
· Piaget, J. (1962). The Stages of Intellectual Development in Childhood and Adolescence. New York: Basic Books.
· Suyadi. (2017). Teori Pembelajaran Anak Usia Dini dalam Kajian Neurosains. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
· Rahmawati, Y., & Kurniati, E. (2020). Penggunaan Media Loose Parts dalam Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 87-95.
· Hidayat, A. (2021). Pendidikan Tauhid dalam Perspektif Islam. Jurnal Tarbawi, 8(1), 45–56.
Peran Nilai Pendidikan Agama pada Anak Usia Dini
di RA Al-A’rof Desa Muara
Oleh : 1Warjo, 2R.Sunesih, 3Widiastuti, 4Afiyah Tsani M
1Dosen UNTAG Cirebon,2Guru RA Al-A’rof,3Guru RA Al-A’rof,4Guru RA Al-A’rof
Nomor Artikel : 004/10/2022
Abstrak
Pendidikan agama pada anak usia dini memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan kepribadian yang berlandaskan nilai-nilai Islam. RA Al-A’rof Desa Muara merupakan lembaga pendidikan anak usia dini yang menanamkan nilai-nilai keagamaan melalui kegiatan pembelajaran dan pembiasaan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana penerapan nilai pendidikan agama Islam di RA Al-A’rof dan dampaknya terhadap perilaku anak. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan observasi dan wawancara. Hasil menunjukkan bahwa penerapan nilai-nilai keagamaan seperti disiplin, kejujuran, dan kasih sayang berdampak positif terhadap perilaku sosial dan moral anak.
Kata Kunci: pendidikan agama, anak usia dini, nilai Islam, RA Al-A’rof
Pendahuluan
Anak usia dini merupakan masa keemasan (golden age) dalam perkembangan manusia. Pada fase ini, segala potensi anak berkembang sangat cepat, sehingga pendidikan pada usia dini sangat menentukan arah pembentukan karakter dan kepribadian anak di masa depan. Salah satu aspek penting dalam pendidikan anak usia dini adalah pendidikan agama, yang menjadi dasar dalam membangun moral dan akhlak mulia.
Pendidikan agama Islam tidak hanya mengajarkan tentang ibadah ritual, tetapi juga menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, kasih sayang, tanggung jawab, dan sopan santun. Sejalan dengan pendapat Hasan Langgulung (2004), tujuan utama pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang beriman, berilmu, dan beramal saleh.
RA Al-A’rof Desa Muara sebagai lembaga pendidikan anak usia dini memiliki peran strategis dalam menanamkan nilai-nilai agama Islam melalui kegiatan belajar yang menyenangkan dan sesuai tahap perkembangan anak.
Peran Pendidikan Agama dalam Pembentukan Karakter
Pendidikan agama Islam di RA Al-A’rof tidak hanya disampaikan melalui pelajaran formal, tetapi juga melalui pembiasaan dan keteladanan. Setiap pagi anak diajak berdoa bersama, membaca surat pendek, dan melafalkan asmaul husna. Kegiatan ini melatih anak untuk mengenal Allah SWT dan membangun rasa spiritual sejak dini.
Menurut Mansur (2011), pendidikan agama pada anak usia dini harus dimulai dengan pembiasaan, karena pada usia ini anak lebih mudah meniru perilaku dibandingkan memahami konsep abstrak. Oleh karena itu, guru berperan sebagai teladan utama yang menunjukkan perilaku religius dalam keseharian.
Selain itu, nilai-nilai seperti tolong-menolong, berbagi, dan menghargai teman diajarkan melalui kegiatan sosial sederhana di sekolah. Dengan demikian, pendidikan agama di RA Al-A’rof berfungsi sebagai dasar pembentukan karakter islami anak.
Metode Pembelajaran dan Pendekatan
Guru RA Al-A’rof menerapkan metode pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan (PAKEM). Nilai agama disampaikan melalui kegiatan seperti bercerita kisah nabi, bernyanyi lagu islami, menggambar tema keagamaan, dan praktik wudhu serta shalat sederhana.
Pendekatan uswah hasanah (keteladanan) menjadi strategi utama. Guru menjadi contoh nyata dalam perilaku sopan, jujur, dan disiplin. Hal ini sejalan dengan pandangan Zakiyah Daradjat (1996) yang menegaskan bahwa anak belajar lebih efektif melalui contoh konkret daripada nasihat verbal.
Peran Lingkungan Sekolah dan Keluarga
Keberhasilan pendidikan agama tidak terlepas dari sinergi antara lembaga pendidikan dan keluarga. Guru di RA Al-A’rof menjalin komunikasi aktif dengan orang tua melalui pertemuan rutin dan buku penghubung, untuk memastikan pembiasaan keagamaan juga diterapkan di rumah.
Menurut Sujiono (2013), konsistensi pendidikan antara sekolah dan keluarga akan memperkuat internalisasi nilai-nilai moral dalam diri anak. Oleh karena itu, keterlibatan orang tua menjadi kunci keberhasilan pendidikan agama di usia dini.
Dampak Penerapan Nilai Pendidikan Agama
Hasil observasi menunjukkan bahwa anak-anak di RA Al-A’rof memiliki perilaku sosial yang baik, seperti saling membantu, meminta maaf, dan berdoa sebelum melakukan kegiatan. Mereka juga menunjukkan rasa empati kepada teman dan mulai memahami pentingnya ibadah sederhana.
Hal ini membuktikan bahwa pendidikan agama yang diterapkan melalui pendekatan bermain dan keteladanan berdampak positif pada perkembangan moral, sosial, dan spiritual anak. Nilai-nilai yang tertanam sejak dini akan menjadi fondasi kuat bagi pembentukan karakter di masa depan.
Kesimpulan
Pendidikan agama memiliki peran sentral dalam membentuk kepribadian anak usia dini. Melalui pembiasaan, keteladanan, dan kerja sama antara sekolah dan keluarga, nilai-nilai Islam dapat tertanam dengan baik pada diri anak. RA Al-A’rof Desa Muara menjadi contoh nyata bagaimana lembaga pendidikan anak usia dini mampu menanamkan nilai keagamaan secara efektif dan menyenangkan, sehingga melahirkan generasi yang beriman, berakhlak mulia, dan cinta terhadap nilai-nilai Islam.
Daftar Pustaka
Daradjat,
Zakiyah. (1996). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasan Langgulung. (2004). Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka
Al-Husna Baru.
Mansur. (2011). Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sujiono, Yuliani Nurani. (2013). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
By Al-A'rof Muara-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PERAN MAJELIS TAKLIM DALAM PEMBERDAYAAN UMKM JAMA'AH MAJELIS TAKLIM AL-A'ROF MUARA
Oleh : WARJO, S.Sos.,S.Pd.I.,M.Pd.I
Nomor Artikel : 003/2025
PENDAHULUAN
Keberadaan Majelis Taklim bagi para jama’ahnya sebagai Lembaga Pendidikan Non Formal berfungsi untuk mendapatkan pendalaman pengetahuan Agama Islam menjadi suatu kebutuhan yang urgen.
Saat ini Majelis Taklim tidak hanya berfungsi pada nilai- nilai agama, tapi mempunyai berkontribusi dalam bidang pemberdayaan ekonomi masyarakat, membangun kemampuan masyarakat sebagai upaya dalam mengoptimalisasikan majelis taklim untuk menghasilkan pendapatan dan kebutuhannya demi memperbaiki taraf kehidupan Masyarakat Indonesia yang sejahterah.
Terkait perkenomian pada khususnya jama’ah (komunitas) Majelis Taklim masih sangat terbatas, karena kehadiran Majelis Taklim bagi masyarakat Indonesia dalam kontribusi perkenomian umat, penguatannya baru diundangkan tentang Majelis Taklim oleh pemerintah peraturan Menteri Agama RI tahun 2019, walaupun eksistensi Majelis Taklim sudah ada sejak masa penjajahan Belanda.
PEMBAHASAN
Secara strategis majelis Taklim dengan perannya pada pemberdayaan ekonomi masyarakat kecil dan menengah adalah menjaga keutuhan NKRI, mengurangi kemiskinan dan pengangguran, yang telah menjadi masalah bagi negara - negara sedang berkembang, menjamin kebutuhan penuh pangan dan keamanan pangan masyarakat, serta dapat memobilisasi daerah dengan perekonomian yang kuat, dengan demikian secara umum diharapkan mereka komunikas jama’ah di majelis taklim melalui usaha mikro kecil dan menengah kesejahteraan masyarakat dapat dirasakan merata oleh semua penduduk Indonesia. Usaha Mikro Kecil dan Menenggah di Indonesia sebagian besar merupakan bisnis keluarga dalam kenyataan dilapangan mampu menarik banyak tenaga kerja. Perlu diketahui bahwa menurut data yang dimiliki Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah tercatat di Indonesia ini sejak tahun 2019 ada sekitar 65,4 juta UMKM. Dengan total 65,4 juta unit usaha mampu menampung 123,3 ribu pekerja. Hal ini membuktikan bahwa dampak dan kontribusi UMKM sangat penting dalam mengurangi angka pengangguran di Indonesia.
Peningkatan partisipasi pekerja UMKM akan membantu memperkecil angka pengangguran. Saat ini UMKM menunjukkan kecenderungan positif dan jumlahnya terus meningkat setiap tahunnya. Kecenderungan tersebut akan berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia, yang menunjukkan bahwa UMKM Indonesia memiliki potensi pengembangan yang besar untuk berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian. Sebagai pengendali negara, pemerintah dapat membantu UMKM semakin berkembang dan mendukung UMKM melalui pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) secara terukur.
Sumber data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, pertumbuhan KUR sebesar Rp 178,07 triliun atau sekitar Rp 16,25 triliun pada tahun 2020 dan sekitar Rp 8,16 triliun pada tahun 2021. Hal ini juga membuktikan bahwa UMKM peserta sangat membutuhkan suntikan modal untuk mengembangkan usahanya. Melihat neraca perdagangan Indonesia (NPI) sejak tahun 2020 tercatat sebesar USD 21,74 miliar dan merupakan tertinggi nilai dari tahun 2012. Nilai tersebut tidak sebanding dengan kontribusi UMKM terhadap ekspor hanya sebesar 14,37, nilai yang jauh lebih rendah dibandingkan negara- negara Asia lainnya seperti Singapura( 41), Malaysia ( 18), Thailand (29), Jepang (5) dan Tiongkok (60).
Pada dokumen Pusat Investasi Pemerintah (PIP) dan Badan Kepegawaian, bahwa alokasi usaha mikro sejak tahun 2017 sampai dengan tahun 2022 telah mencapai Rp 26,2 triliun untuk 7,4 juta debitur dalam rentang waktu tersebut. Hal ini membuktikan masih banyak usaha mikro yang belum mendapatkan dukungan KUR dari pihak Bank. Pemerintah Indonesia semestinya memihak dan lebih fokus pada stakeholder UMKM agar kegiatan pemberdayaan pengembangan permodalan dan kapasitas usahanya dapat dengan mudah terukur pencapainnya.
Bidang UMKM yang terbukti nyata mampu menampung pekerja dalam kapasitas besar dan juga menjadi jawaban realistis dalam memperkecil angka pengangguran. Kecenderungan positif ini harus berkelanjutan mempertahankan bidang UMKM skala besar untuk menyelesaikan pengangguran. Sesuai amanat UU Dasar 1945 menyatakan bahwa pemerintah harus melindungi seluruh masyarakat Indonesia, meningkatkan taraf hidup bangsa, mencerdaskan rakyat dan dalam pelaksanaan pembangunan sosial menjadi satu kesatuan yang utuh.
Peningkatan dalam merealisasikan keteraturan dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Mengaitkan pemberdayaan UMKM untuk resolusi negara, mempunyai korelasi yang sangat kuat dengan bagaimana negara berupaya meningkatkan kesejahteraan umum melalui pemberdayaan UMKM.
Besarnya peluang berusaha atau berwirausaha melalui Lembaga Majelis Taklim memiliki keunikan tersendiri. Lembaga yang pada awal keberadaannya hanya terbatas pada kegiatan penguatan nilai keagamaan (Islam), sekarang setelah lahirnya undang -undang Majelis Taklim tersebut menjadi kompleks perannya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mendorong/memotivasi jama’ah Majelis Taklim seperti; Perberdayaan perekonomian keluarga dapat dilakukan melalui lembaga Majelis Taklim.
Pada jama’ah Majelis Taklim Al-A’rof Muara Kecamatan Suranenggala Kabupaten Cirebon secara khusus mengenai kondisi umum pekerjaan bagi jama’ah laki-laki (Ikhwan) adalah nelayan, dan jama’ah Ibu -ibu (Ummahat) umumnya berprofesi Ibu Rumah Tangga, walaupun ada yang berwirausaha, namun prosentasenya sangat kecil.
Sebagai seorang wanita (Ibu dari anak-anaknya) yang hanya bergantung pada penghasilan dari suami dengan penghasilan bekerja berlayar sebagai nelayan, cukup memberikan kebahagiaan tersendiri. Adapun untuk memotivasi jiwa kewirausahaan jama’ah Majelis Taklim bagi Ibu-ibu bukanlah perkara yang mudah, walaupun sangat menyenangkan dan menggembirakan karena adanya usaha tambahan untuk meningkatkan perekonomian keluarga. Bagi mereka sepanjang tidak meninggalkan perannya sebagai seorang istri yang solehah yaitu mengurus keluarga bersama suami dalam keluarga idamannya mendapat penghasilan dari berwirausaha.
Berwirausaha atau berbisnis bagi sekelompok atau individu, kegagalan kadang ditemukan, bahkan untuk bangkit berwirausaha lagi sangat memberatkan, hal itu disebabkan belum tertanamnya jiwa berwirausaha yang kokoh. Memotivasi ibu – ibu jama’ah Majelis Taklim mengokohkan jiwa berwirausaha sangat penting sekali sebelum mereka terjun langsung pada kegiatan berwirausaha/berbisnis, sehingga diharapkan hambatan-hambatan dapat diatasi, karena berwirausaha (berbisnis) merupakan pekerjaan perlu keseriusan dan fokus menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam menjalankan usahanya.
Kadang banyak modal diberikan oleh pemerintah dengan modal hibah untuk berwirausaha, tetapi belum memiliki jiwa wirausaha juga menjadi masalah. Mengawali usahanya sebagai pemula, tidaklah mudah, maka motivasi jiwa kewirausahaan perlu dimiliki terlebih dahulu, walaupun langsung berwirausaha juga banyak yang sukses dalam berbisnis/berwirausaha.
KESIMPULAN DAN SARAN
Motivasi menumbuhkan jiwa kewirausahaan (berbisnis) bagi jama’ah Majelis Taklim AL-A’rof Muara sangat diperlukan untuk mempertahankan keberkelanjutan. Memotivasi untuk membangun semangat, dan gairah berbisnis/berwirausaha menjadi tantangan dalam meningkatkan jiwa kewirausahaan UMKM yang tepat menjadi kunci keberhasilan di masa depan.
Reference :
Aufar. (2014). Penelitian” Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Informasi Akuntansi Pada UMKM (Survei Pada Perusahaan Rekanan PT. PLN (Persero) Di Kota Bandung)”. . bandung.
Indonesia, Permen Agama RI nomor 29 tahun 2019 , Tentang Majelis Taklim. Di Akses tgl 13/11/2024 Jam 8.51 WIB
Jaringan, K. B. (2024, Agustus 08). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Dalam jaringan. Retrieved from Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Dalam jaringan: https://kbbi.web.id/taklim
WEB.
https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/lubuksikaping/id/data-publikasi/artikel/3134-kontribusi-umkm-dalam-perekonomianindonesia.html, tgl 13/11/2024 Jam 8.51 WIB
By Al-A'rof Muara-----------------------------------------------------------------------------------------------
MENUMBUHKAN ANAK MADRASAH AKTIF SHOLAT LIMA WAKTU: MENGOPTIMALKAN METODE CERITA DAN MONITORING
Oleh : Warjo, R. Sunesih, Widiastuti, Afiyah Tsani M
Nomor Artikel :003/10/2022
PENDAHULUAN
Sholat lima waktu adalah tiang agama dan kewajiban utama bagi setiap Muslim. Menanamkan kesadaran dan konsistensi sholat sejak dini, terutama di lingkungan pendidikan agama seperti madrasah, menjadi tantangan sekaligus tugas mulia. Madrasah, sebagai institusi yang berlandaskan nilai Islam, memegang peran krusial setelah keluarga dalam membentuk karakter religius siswa. Allah SWT berfirman, “...dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar...” (QS. Al-Ankabut [29]: 45).
Namun, seringkali kewajiban sholat dirasakan sebagai beban, bukan kebutuhan spiritual. Hal ini terjadi karena proses pembelajaran ibadah belum sepenuhnya menyentuh aspek emosional dan pembiasaan yang konsisten. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang menyenangkan, mendalam, dan berkelanjutan. Artikel ini mengulas secara mendalam dua metode efektif untuk menumbuhkan keaktifan sholat pada anak madrasah: Metode Cerita (Storytelling) dan Sistem Monitoring (Pengawasan Berkelanjutan).
1. Metode Cerita: Menanamkan Kecintaan Melalui Imajinasi
Metode cerita atau storytelling adalah salah satu cara paling efektif untuk menyampaikan nilai-nilai Islam kepada anak. Anak-anak memiliki daya imajinasi yang tinggi, dan cerita dapat membentuk asosiasi positif antara ibadah dengan emosi yang menyenangkan (Hasanah, 2018). Pendekatan ini selaras dengan ajaran Nabi SAW untuk memerintahkan anak sholat dengan penuh kasih sayang: “Perintahkanlah anak-anakmu untuk shalat saat mereka berumur tujuh tahun...” (HR. Abu Dawud).
Kekuatan Cerita dalam Pendidikan Sholat
- Menyentuh Sisi Emosional: Cerita tentang keutamaan sholat, kisah para Nabi, Sahabat, atau anak-anak shalih yang rajin sholat dapat menyentuh hati dan memotivasi anak dari dalam, jauh lebih kuat daripada sekadar perintah (Daradjat, 2012).
- Memahami Makna, Bukan Sekadar Gerakan: Guru atau orang tua dapat menyelipkan makna filosofis sholat (seperti takbir yang berarti Allah Maha Besar, atau sujud sebagai bentuk kerendahan diri) melalui narasi sederhana. Hal ini membantu anak sholat karena kesadaran, bukan paksaan (Fulanah, 2022).
- Menciptakan Role Model: Perkenalkan tokoh-tokoh inspiratif dalam cerita yang menjadikan sholat sebagai prioritas hidup, seperti kisah Luqman Al-Hakim menasihati anaknya.
- Teknik Penerapan di Madrasah: Guru dapat mengalokasikan waktu khusus untuk storytelling interaktif, memanfaatkan buku cerita bergambar, atau menggunakan media visual untuk memperkenalkan bacaan dan gerakan sholat dengan cara yang menyenangkan.
2. Sistem Monitoring: Membangun Konsistensi dan Disiplin
Jika metode cerita menumbuhkan kesadaran, maka sistem monitoring berfungsi untuk mengawal kesadaran tersebut menjadi kebiasaan dan kedisiplinan (istiqomah). Monitoring harus dilakukan dengan prinsip pembimbingan dan apresiasi, bukan penghakiman, mengingat peran guru sebagai pembimbing dan motivator sangat penting (Syarifah, 2019). Pembiasaan ini menjadi kunci penting dalam pendidikan Islam (Ramayulis, 2018).
Strategi Monitoring yang Efektif
- Kartu Kendali Sholat (Sholat Check-list):
- Buatlah kartu/tabel sederhana yang wajib diisi dan diparaf (oleh orang tua di rumah atau guru di madrasah) untuk setiap waktu sholat. Sistem ini mengajarkan akuntabilitas diri.
- Ini juga menjadi alat kontrol bagi madrasah untuk memastikan praktik ibadah berlanjut di luar jam sekolah.
- Kolaborasi Guru dan Orang Tua:
- Madrasah perlu menjalin komunikasi aktif dengan orang tua mengenai target ibadah anak. Orang tua adalah partner terpenting dalam proses monitoring ini, terutama untuk sholat Subuh, Magrib, dan Isya.
- Selenggarakan pertemuan rutin untuk mengevaluasi dan menyamakan persepsi tentang pembiasaan sholat.
- Pemberian Apresiasi (Reward System):
- Berikan reward atau pujian tulus atas setiap kemajuan, sekecil apapun itu. Apresiasi dapat berupa stiker bintang, pengumuman siswa teladan sholat, atau hadiah kecil.
- Hindari hukuman yang bersifat mempermalukan atau membuat anak membenci sholat. Fokus pada motivasi positif dan penguatan karakter.
- Sholat Berjamaah di Madrasah:
- Manfaatkan waktu sholat Zuhur atau Asar untuk sholat berjamaah di madrasah. Ini menjadi media praktik langsung, pembiasaan, dan momen pengawasan yang ideal.
PENUTUP
Menumbuhkan anak madrasah agar aktif sholat lima waktu adalah investasi jangka panjang untuk masa depan agama mereka. Dengan memadukan Metode Cerita yang kaya emosi dan imajinasi untuk menanamkan cinta, dan Sistem Monitoring yang suportif untuk membangun konsistensi, madrasah dapat mencetak generasi yang menjadikan sholat bukan hanya kewajiban, tetapi juga kebutuhan dan sumber ketenangan jiwa, sesuai dengan tujuan utama pendidikan karakter Islami (Mustofa, 2020).
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Z. (2012). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Fulanah, S. (2022). Menumbuhkan Minat Melaksanakan Shalat Lima Waktu Melalui Metode Story Telling (Tesis tidak dipublikasikan). Universitas Islam Jakarta.
Hasanah, U. (2018). Efektivitas Metode Story Telling dalam Penanaman Nilai-Nilai Agama Islam pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, 7(1), 1-15.
Mustofa, A. (2020). Pendidikan Karakter Islami di Lembaga Pendidikan. Jakarta: Penerbit Aksara Cendekia.
Ramayulis. (2018). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Syarifah, F. (2019). Peran Guru Fiqih dalam Menumbuhkan Kesadaran Shalat Lima Waktu pada Siswa Madrasah. Jurnal Tarbiyah Islamiyah, 5(2), 45-60.
By Al-A'rof Muara-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PELAKSANAAN KEGIATAN BIMBINGAN AGAMA ISLAM PADA MAJELIS TAKLIM AL-A’ROF DI DESA MUARA CIREBON
Oleh : Warjo, Diana Mahendra, Afiyah Tsani M, Widiastuti, Triyanti
Nomor Artikel :001/10/2021
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan bimbingan agama Islam pada Majelis Taklim Al-A’rof di Desa Muara, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon. Majelis taklim memiliki peranan penting sebagai lembaga nonformal dalam memberikan pendidikan agama Islam bagi masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan bimbingan agama Islam di Majelis Taklim Al-A’rof terlaksana secara rutin dan terstruktur dengan dukungan para ustadz dan jamaah yang aktif. Materi yang diberikan meliputi akidah, ibadah, akhlak, serta penguatan nilai-nilai sosial keagamaan. Dampak dari kegiatan tersebut terlihat pada peningkatan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam di kalangan jamaah serta tumbuhnya solidaritas sosial dan spiritual di masyarakat Desa Muara.
Kata Kunci: Bimbingan Agama Islam, Majelis Taklim, Pembinaan Masyarakat, Desa Muara
PENDAHULUAN
Majelis taklim merupakan lembaga pendidikan Islam nonformal yang berfungsi sebagai wadah pembinaan umat dalam memperdalam pengetahuan dan pengamalan ajaran Islam. Menurut Departemen Agama RI (2019), majelis taklim memiliki peranan strategis dalam meningkatkan kualitas keimanan, ketakwaan, serta moralitas masyarakat. Dalam konteks masyarakat Desa Muara, kehadiran Majelis Taklim Al-A’rof menjadi media yang efektif untuk memperkuat nilai-nilai spiritual dan sosial keagamaan.
Kegiatan bimbingan agama Islam di Majelis Taklim Al-A’rof tidak hanya berorientasi pada pengajaran teori agama, tetapi juga pada pembentukan karakter dan peningkatan kesadaran sosial jamaah. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kegiatan tersebut berjalan, bagaimana metode bimbingannya, serta apa saja dampaknya terhadap masyarakat sekitar.
LANDASAN TEORI
Menurut Ahmad Tafsir (2013), pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana untuk menanamkan nilai-nilai Islam agar seseorang memiliki kepribadian Islami. Sementara itu, Sukmadinata (2011) menjelaskan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan kepada individu agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
Dengan demikian, bimbingan agama Islam merupakan proses pembinaan yang dilakukan untuk membantu individu atau kelompok dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam secara kaffah. Dalam majelis taklim, kegiatan ini dapat diwujudkan melalui pengajian rutin, ceramah, diskusi keagamaan, dan kegiatan sosial keagamaan lainnya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian meliputi pengurus majelis taklim, ustadz, dan jamaah aktif Majelis Taklim Al-A’rof. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi kegiatan, serta dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan bimbingan agama Islam di Majelis Taklim Al-A’rof dilaksanakan secara rutin setiap minggu, khususnya pada hari Jumat sore dan Minggu pagi. Kegiatan meliputi:
- Pembacaan Al-Qur’an dan tafsir.
- Kajian fiqih ibadah.
- Pengajian akhlak dan muamalah.
- Diskusi keagamaan dan tanya jawab.
- Kegiatan sosial seperti santunan anak yatim dan gotong royong.
Metode Bimbingan
Metode yang digunakan antara lain:
- Ceramah dan tanya jawab, untuk menyampaikan materi secara langsung.
- Diskusi kelompok, agar jamaah aktif berpartisipasi.
- Keteladanan (uswah hasanah), di mana ustadz dan pengurus menunjukkan perilaku Islami dalam keseharian.
- Pendekatan sosial, dengan melibatkan jamaah dalam kegiatan masyarakat.
Dampak Kegiatan
Bimbingan agama Islam di Majelis Taklim Al-A’rof memberikan dampak positif, antara lain:
- Peningkatan pengetahuan keagamaan jamaah.
- Tumbuhnya kebersamaan dan kepedulian sosial.
- Meningkatnya semangat beribadah dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan keagamaan.
- Berkurangnya perilaku negatif dan meningkatnya moralitas masyarakat.
KESIMPULAN
Pelaksanaan kegiatan bimbingan agama Islam di Majelis Taklim Al-A’rof Desa Muara Cirebon berjalan dengan baik dan efektif dalam meningkatkan pemahaman, pengamalan, serta penguatan nilai-nilai Islam di masyarakat. Kegiatan ini berperan penting dalam membentuk karakter religius dan sosial jamaah serta memperkuat ukhuwah Islamiyah di lingkungan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
- Ahmad Tafsir. (2013). Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Departemen Agama RI. (2019). Pedoman Penyelenggaraan Majelis Taklim. Jakarta: Kemenag RI.
- Sukmadinata, N. S. (2011). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Muhaimin. (2012). Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Rosdakarya.
- Zakiyah Daradjat. (2014). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

